Kamis, 31 Januari 2013

Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw




Sejarah Peradaban  Nabi Muhammad SAW
Oleh : Bambang Suprayitno
  Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Sultan Agung Semarang 
------------------------------------------------------------------------------------------------
___________________________________________________________________________________
A. Sejarah Perjalan Kehidupan Nabi Muhammad Saw. 
 Nabi Muhammad SAW merupakan kelompok dari bani Hasyim. Bani Hasyim merupakan kabilah yang berkuasa dalam suku Qurays. Nabi Muhammad dilhirkan oleh keluarga yang bermartabat. Kelahiran Nabi Muhammad ditadai dengan peristiwa tahun gajah. Dimana pada saat itu pasukan Abraham gubernur kerajaan Habsyi (Ethopian) menyerang Mekkah untuk menghacurkan Ka’bah dengan tentara menunggangi gajah[1] akan tetapi melalui kekuasaan Allah tentara itu habis ludes dikarenakan diserang oleh burung ababil yang memiliki persenjataan diambil dari batu berasal dari neraka. 
5
Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Akan tetapi ayahnya meninggal dunia 3 bulan setelah menikah dengan ibunya. Jadi Nabi Muhammad dilahirkan dalam kondisi yatim. Setelah lahir selanjutnya diasuh oleh Halimatuh Sa’diayyah selama 4 tahun. Setelah itu beliau dirawat oleh ibu kandungnya sampai 2 tahun genap pada usia 6 tahun Aminah ibunya meninggal dunia. Sepeninggalan aminah Muhammad dirawat oleh kakeknya yaitu Abdul Muthalib pada akhirnya juga meninggal dunia karena usia. Perawatan yang terakhir oleh pamanya Abu Thalib.[2]
Dalam usia muda Nabi Muhammad berprofesi sebagai seorang pengembala kambing. Dengan kejujurannya beliau dipercaya untuk mengembalakan kambing bangsa Arab pada saat itu. Muhammad selalu menghidarkan dirinya dari segala sesuatu prilaku yang tercela sampai pada akhirnya Muhammad pada saat itu dijuluki sebagai al-amin orang yang terpercaya.[3]
Pada usia 25 tahun Nabi Muahmmad melakukan perjalanan ke Syiria (Syam) dengan tujuan melakukan perdagangan dengan membawa barang dagangan janda kaya yang bernama siti Khadijah. Kemudian dengan kepadaian beliau dalam berdagang maka keuntungan besar telah diraihnya. Siti khadijah kemudian melamarnya ketika beliau berusia 25 tahun. Pernikahanpun terjadi antara Muhammad dan Siti Khadijah. Pada pasangan itu dikaruniai 6 orang anak 2 orang anak laki-laki dan 4 orang perempuan yaitu Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kalsum dan Fatimah. Kedua putranya meninggal ketika masih kecil. Nabi Muhammad tidak kawin lagi sampai umur 50 tahun.[4]
Ada perisitiwa penting dalam sejarah dimana Nabi Muhammad sebagai penengah antara penduduk Qurays yang sedang bertikai tentang peletakan hajar aswat mereka menganggap kelompok mereka mempunyai hak untuk meletakan Hajar Aswat tersebut, sehingga menyebekan pertikaiyan. Kemudia pada saat itu Abu Umayyah ibn Mughiro al-Makhzumi mengusulkan agar keputusan diserahkan kepada orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa. Kemudian diketahui belakangan ini orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa adalah Muhammad kemudian orang-orang Qurays sepakat atas usulan itu. Muhammad mengeluarkan ide cemerlang yaitu beliau mengambil kain dan disuruhnya setiap kabilah mengangkat bagian sisi kain tersebut secara bersamaan. Dengan begitu permasalah yang timbul dapat terselesaikan.
B.       Peradaban Pra Islam
Dalam berbagai literature  sejarah dapat kita jumpai pembagian penduduk Arab. Hal itu sesuai dengan asal muasal penduduk tersebut yaitu al-Arab al-Ba’idah (Arab Kuno), Arab al-Arabiyah (Arab Peribumi) dan al-Arab al-Mustaribah (Arab pendatang).[5] Penduduk Arab ini masuk pada ketegori penduduk jahiliyah yang tidak berperadaban baik.
Sebelum Islam kondisi bangsa Arab carut marut perempuan pada masa itu tidak berarti apa-apa, meskipun ada beberapa perempuan yang tersohor pada saat itu memiliki kewibawaan di Arab yaitu seperti Ummu Aufah, Kindah, dan sebagainya semuanya berdiam di Mekkah, Madinah dan Yaman.[6] Wanita pada masa pra Islam tidak ada harganya seperti barang dagangan. Perempuan pada masa itu tidak mendapatkan harta warisan dari orang tuanya bahkan banyak orang tua menganggap bahwa anak mereka ada aib.
Kekacauan yang lain yaitu pada masa itu banyak saudara kandung menikahi saudaranya sendiri, ibu tiri menikahi anak tirinya, dan kasus penguburan anak yang masih hidup. Pada tradisi penguburan itu dilakukan pada suku Bani Tamim dan Bani Asad. Selanjutnya ada wanita yang menjadi kepala suku dan bersuami lebih dari 1 orang. Dan setelah kelahiran anaknya penentuan ayah ditentukan oleh ibunya dan ahli nujum.[7] Adapula seorang suwami istri yang sepakat untuk mendapat keturunan yang cerdas, maka sang suwami mengatar istrinya kepada orang yang ternama untuk dikawini dan ketika sudah ada tanda-tanda kehamilan maka sang suwami menjemput istrinya.
C.      Dakwa Rosulullah Pada Periode Mekkah
Pada malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriyah bertepatan dengan  6 Agustus 610 M. ketika itu Nabi Muhammad berkhalwat di Gua Hira dan Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama yaitu surat al-Alaq.[8] Ketika selesai menerima wahyu Nabi Muhammad pulang dengan kondisi menggigil ketakutan. Beliau meminta agar istrinya menyelimuti beliau kemudian menceritakan kejadian yang terjadi di Gua Hira.
Sebagai seorang istri yang sholeha dalam kondisi apapun selalu berusaha menenangkan hati suaminya begitulah yang dilakukan oleh Khadijah. Khadijah  berusaha menenangkan hati Rosulullah yang sangat mengalami kegalauan pada saat itu. Setelah menenangkan Rosulullah, Khadijah pergi untuk menemui Waraqah ibn Naufal[9]. Waraqah adalah paman dari Siti Khadijah beliau adalah seorang Nasrani yang banyak mengetahui naskah-naskah kuno.
Siti khadijah menceritakan kejadian yang dialami oleh suwaminya kemudian Waraqah mengatakan bahwa yang datang itu adalah Namus (Jibril). Kemudian dia menjelaskan disuatu saat nanti beliau akan diusir oleh kaumnya dari halaman kampungnya sendiri. Ia berharap masih hidup pada masa sulit Rosulullah dan akan memberikan pertolongan yang sungguh-sungguh kepada beliau.
Ketika beliau tidur kemudian turun ayat Al-Muddatsir.[10] Kemudian beliau menyampaikan kepada istrinya tentang perintah Jibril untuk menyampaikan dakwahnya kepada umatnya. Kemudian beliau bertanya kembali umatnya itu yang mana. Dengan demikian wahyu yang turun kedua ini merupakan penobatan Rouslullah sebagai utusan Allah.
Untuk mengawali dakwah Rosulullah SAW ada berbagai metode dakwah yang dilakukan oleh beliau diantaranya:
1.      Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Pada masa ini Rosulullah Saw melakukan dakwah secara diam-diam dilingkungan keluarga sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Mula-mula yang masuk Islam pertama kali adalah istri Rosulullah kemudian saudara sepupunya Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar Asidiq, Zaid bekas budak yang menjadi anak angkatnya, Ummu Aimah pengasuh Nabi semenjak ibunya masih hidup[11]. Kemudian dilanjutkan oleh Ustman bin Affan, Jubair bin Awwam, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqasah dan Thahlah bin Ubaidillah mereka dibawah kehadapan Nabi dan mengikrarkan untuk memeluk Islam dihadapan Nabi sendiri.
Pada persiapan dakwah yang berat maka dakwah pertama beliau mempersiapkan mental dan moral. Oleh sebab itu beliau mengajak manusia atau umatnya untuk:
1.      Mengesakan Allah;
2.      Mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati;
3.      Menguatkan barisan;
4.      Meleburkan kepentingan diri di atas kepentingan jamaah.[12]
2.      Dakwah terang-terangan
Langkah dakwah selanjutnya menyeru masyrakat secara umum. Nabi menyerukan kepada bangsawan dan seluruh masyarakat Qurais. Pada awalnya Nabi hanya menyeru pada penduduk Mekkah dan dilanjutkan menyeru pada penduduk diluar Mekkah secara terang-terangan. Rosulullah gencar mempublikasikan agar orang masuk Islam, kemudian pada masa itu beliau mengajak segenap umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji.
Dilain waktu, acara jamuan tersebut diadakan kembali. Kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullah namun tak satupun dari mereka yang meresponnya secara positif. Hal tersebut tidak membuat Rasulullah dan para sahabatnya patah arah, tetapi membuat Rasulullah dan para sahabatnya semangat dan dakwahnya semakin diperluas hingga suatu ketika Rasulullah mengadakan pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato tersebut berisi perihal kerasulannya. Rasulullah memanggil seluruh penduduk Mekkah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka meninggalkan Paganisme (Penyembahan terhadap berhala). Beliau menjelaskan bahwa tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah. Mendengar hal tersebut masyarakat Qurays tersentak kaget, mereka sangat marah karena hal tersebut dan menghina tradisi nenek moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar Qurays membentak dan memaki Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad adalah orang gila bahkan pamannya sendiri Abu Lahab pun mengancam Rasulullah dengan keras.[13]
Pemimpin Quraiys dengan giatnya menentang dakwah Rosulullah SAW. Pemimpin Qurays merasa bahwa makin maju dakwah Rosulullah maka makin besar tantangan kaum Qurays. Ada 5 faktor yang mendorong Kaum Qurays menentang Rosulullah Saw yaitu:
1.         Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan;
2.         Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh bangsawan Qurays.
3.         Para Qurays tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat
4.      Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab.
5.      Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki[14].

Dari sebab-sebab di atas banyak cara yang dilakukan oleh orang Qurays agar Muhammad tidak menyebarkan agama Islam. Cara pertama kelompok Qurays mengacam Rosulullah akan tetapi cara itu tidak berhasil dilakukan oleh orang-orang Qurays. Kemudian kaum Qurays melancarkan gerakan yang kedua dengan mengutus Walid ibn Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang yang gagah tampan untuk dipertukarkan  dengan Nabi Muhammad. Walid berkata kepada Abu Thalib : ‘ambilah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh’ usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.[15]
Cara lain digunakan dan strategi lain untuk menghentikan dakwah Rosulullah Saw. Ketiga mereka mengutus Utbah ibn Rabiah dia adalah ahli retorika untuk membujuk Nabi. Kemudian ditawarkan kepada nabi tahta, wanita, dan harta. Akan tetapi Rosulullah menolak dan mengatakan: ‘Demi Allah, biarpun mereka meletakan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya’.[16] Selanjutnya cara keempat menghalangi dakwah Rosulullah yaitu dengan menyiksa, membunuh dan menganiyaya sahabat Rosululllah, banyak para majikan menyiksa para budak yang masuk Islam.
Cara kelima, setelah berbagai pergolakan dan pertentangan dari Mekkah dengan berbagai percobaab pembunuhan beliau pada akhirnya harus mengungsi di gua Tsur selama kondisi sudah aman (tiga malam). Bahkan cara ini tidak berhasil kemudian beralih cara keenam, mereka menggunakan cara untuk meboikot perdagangan bani Hasyim. Kemudian Rosulullah dakwah di daerah Tharif Nabi di ejek, disoraki, dan dilempari batu bahkan sampai terluka dibagian kepala dan badanya.[17] Setelah menempuh berbagai intimindasi dari orang-orang Mekkah kemudian Nabi menghijrahkah orang Islam selama 2 bulan keluar kota yang kurang lebih 150 orang kecuali Abu Bakar dan Nabi akan tetapi pada akhirnya beliau juga pun ikut hijrah.[18]
D.      Dakwah Rosulullah Periode Madinah
Faktor utama hijrahnya Rosulullah ke Madinah buka semata-mata kerena aniyaya oleh bangsa Mekkah (suku Qurays) akan tetapi beliau mendapat undangan dari suku Yastrib untuk dating ke Madinah sebagai pendamai.[19] Setelah tiba di Madinah Rosulullah membuat perjanjian yang disebut dengan Piagam Madinah. Perjanjian itu dilakukan oleh komunitas Yahudi, Nasrani, Anshor, dan Muhajirin.
Beberapa langkah penting yang dilakukan oleh Rosulullah setelah sampai di Madinah Nabi Muhammad SAW mulai membangun umat dengan keteladanan yang langkah awalnya yaitu:
1.        Mendirikan masjid untuk tempat beribadah dan tempat pertemuan
Ketika beliau tiba di Madinah masjidlah yang menjadi perioritas bagunanya, sehingga urusan-urusan penting dapat dibicarakan di masjid tersebut. Masjid tersebut dibuat dari atap daun kurma dan dinding berasalal dari batu dan tanah sebagian diding tersebut dibiarkan terbuka dan penerangan hanya berasal dari jerami.[20] Jerami tersebut hanya dinyalakan pada hal-hal yang sangat penting seperti sholat Isya dan lain sebagainya. Sembilan tahun lamanya masjid ini digunakan dalam kondisi seperti itu sampai pada akhirnya menggunakan lampu dinding sebagai penerang.
2. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor [21]
Dalam rangka memperkokoh umat daulah Islam di Madinah, nabi Muhammad mempersaudarakan kaum muslimin yang satu dengan yang lainnya. Hal itu dimaksudkan juga untuk menambah teguhnya persatuan umat Islam dan akrabnya hubungan Muhajirin dan Anshor.

3.    Membuat perjanjian kerja sama
Agar kerjasama terjalin antara pendatang dan penduduk setempat kemudian dibuatlah kesepakatan antara 3 kelompok besar yakni kaum muslim, orang Arab yang belum masuk Islam dan kaum Yahudi. Adapun perjanjiannya adalah sebagai berikut:
-          Setiap kelompok dijamin kebebasannya dalam  beragama;
-          Tiap kelompok berhak menghukum anggotanya  yang bersalah;
-          Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah baik yang muslim maupun non muslim;
-          Penduduk Madinah sepakat mengangkat Muhammad sebagai pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang dihadapkan kepadanya;
-          Meletakan landasan politik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi negeri Madinah yang baru terbentuk.[22]
Dari uraian kesepakatan Piagam Madinah di atas ada beberapa inti dari perjajian tersebut yaitu berbicara tentang persamaan, toleransi, musyawarah, tolong menolong, dan keadilan.[23] Islam sebagai agama baru semakin hari semakin berkembang menyebabkan ada beberapa kelompok yang iri akan perkembangannya. Berbagai cara percobaan pembunuhanpun dilakukan oleh kaum Yahudi, orang-orang munafik, dan kafir Qurays beserta sekutunya. Untuk menjawab permasalah ini kemudian solusi diberikan oleh Allah dengan jalan peperangan. Adapun peperangan yang pernah terjadi yaitu:

a.       Perang Badar.
Perang badar yang terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah,[24] bertepatan pada 8 januari 623 masehi. Perang ini terjadi di dekat sebuah sumur milik Badar terletak antara Mekkah dan Madinah. Kaum muslimin berjumlah 314 orang sedangkan kafir Qurays berjumlah 1000 orang yang lengkap dengan peralatannya sedangkan kaum muslimin hanya dengan senjata seadanya saja.
Strategi Rasulullah dalam perang badar dengan menguasai penampungan air. Ketika kedua pasukan saling berhadapan maka tiba-tiba seorang kafir Qurays bernama Aswad bin As’ad ingin menghancurkan kolam penampungan air yang dimiliki kaum muslimin tetapi hal ini dapat digagalkan oleh Hamzah bin Abdul Muthalib dan Aswad pun tewas dipukul dengan pedang.
b.      Perang Uhud
Selanjutnya perang uhud terjadi pada pertengahan bulan sya’ban tahun ketiga Hijriyah bertepatan dengan bulan Januari tahun 625 Masehi. Peperangan terjadi di Gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Oleh karena itu perang ini dinamakan perang Uhud. Perang ini terjadi karena kaum Qurays ingin membalas kekalahan di perang badar sebelumnya. Kaum muslimin berkekuatan 700 orang sedangkan kaum Qurays berkuatan 3000 orang. Dalam peperangan ini umat Islam dipimpin oleh Muhammad SAW sedangkan kaum Qurays dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang pada mulanya kaum muslimin sudah menang dan kaum kafir meninggalkan hartanya, disebabkan kaum muslimin khususnya pasukan pemanah turun dari tempatnya untuk berbagi harta rampasan. Akhirnya kemenangan yang sudah berada ditangan sekarang menjadi sirna disebabkan oleh godaan dunia yaitu harta rampasan perang, kemenangan berpindah tangan kepada kaum Qurays.
c.       Perang Khandaq
Perang khandaq (Ahzah) terjadi pada bulan syawal tahun 5 Hijrah, bertepatan dengan bulan Maret tahun 627 Masehi. Perang ini sebelah utara kota Madinah. Perang ini disebut khandaq (parit) karena kaum muslimin membuat parit pertahanan. Disebut perang ahzab karena kaum Qurays bersekutu dengan penduduk lain yang berada di sekitar kota Mekah. Kaum muslimin berkekuatan sebanyak 3000 orang sedangkan kaum Qurays berkekuatan 10000 orang. Kaum muslimin dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW didampingi Ali bin Abi Thalib, sedangkan kaum Qurays dipimpin oleh Abu Sufyan. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin dengan cara bertahan dibalik parit atau khandaq. Parit ini merupakan ide seorang sahabat Rasul yang bernama Salman Al Farisi seorang sahabat yang berasal dari bangsa Persia yang mengembara mencari kebenaran.[25]




[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 16


[2] Ibid

[3] Ibid

[4] Ibid., hal. 18

[5] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, hal. 50

[6] Ibid., hal 51

[7] Ibid., hal. 52

[8] Ali Sodiqin et.all., Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern), Yogyakarta: LESFI, 2009, hal. 24

[9] Ibid., hal. 25

[10] Ibid

[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2001, hal. 19

[12] H. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, , 1997, hal. 63

[14] Badri Yatim, Op.Cit., hal. 20-21

[15] Ibid

[16] Ibid., hal 21-22

[17] Badri Yatim,  Op.Cit., hal. 23

[18] Ibid., hal. 24-25

[19] M.Abdul Karim, Op.Cit., hal 67

[20] Ibid., hal. 68

[21] Ibid., hal.69

[22] Ibid., hal.69-30

[23] Ali Sodiqin ed.all., Sejarah Peradaban Islam,Yogyakarta, LESFI, 2009, hal. 32-33

[24] Ibid., hal. 36