Sejarah Peradaban Nabi Muhammad SAW
Oleh : Bambang Suprayitno
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Sultan Agung Semarang
------------------------------------------------------------------------------------------------
___________________________________________________________________________________A. Sejarah Perjalan Kehidupan Nabi Muhammad Saw.
Nabi
Muhammad SAW merupakan kelompok dari bani Hasyim. Bani Hasyim merupakan kabilah
yang berkuasa dalam suku Qurays. Nabi Muhammad dilhirkan oleh keluarga yang
bermartabat. Kelahiran Nabi Muhammad ditadai dengan peristiwa tahun gajah.
Dimana pada saat itu pasukan Abraham gubernur kerajaan Habsyi (Ethopian)
menyerang Mekkah untuk menghacurkan Ka’bah dengan tentara menunggangi gajah[1] akan
tetapi melalui kekuasaan Allah tentara itu habis ludes dikarenakan diserang
oleh burung ababil yang memiliki persenjataan diambil dari batu berasal dari neraka.
5
|
Dalam
usia muda Nabi Muhammad berprofesi sebagai seorang pengembala kambing. Dengan
kejujurannya beliau dipercaya untuk mengembalakan kambing bangsa Arab pada saat
itu. Muhammad selalu menghidarkan dirinya dari segala sesuatu prilaku yang
tercela sampai pada akhirnya Muhammad pada saat itu dijuluki sebagai al-amin
orang yang terpercaya.[3]
Pada
usia 25 tahun Nabi Muahmmad melakukan perjalanan ke Syiria (Syam) dengan tujuan
melakukan perdagangan dengan membawa barang dagangan janda kaya yang bernama
siti Khadijah. Kemudian dengan kepadaian beliau dalam berdagang maka keuntungan
besar telah diraihnya. Siti khadijah kemudian melamarnya ketika beliau berusia
25 tahun. Pernikahanpun terjadi antara Muhammad dan Siti Khadijah. Pada
pasangan itu dikaruniai 6 orang anak 2 orang anak laki-laki dan 4 orang
perempuan yaitu Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kalsum dan Fatimah.
Kedua putranya meninggal ketika masih kecil. Nabi Muhammad tidak kawin lagi
sampai umur 50 tahun.[4]
Ada
perisitiwa penting dalam sejarah dimana Nabi Muhammad sebagai penengah antara
penduduk Qurays yang sedang bertikai tentang peletakan hajar aswat mereka
menganggap kelompok mereka mempunyai hak untuk meletakan Hajar Aswat
tersebut, sehingga menyebekan pertikaiyan. Kemudia pada saat itu Abu Umayyah
ibn Mughiro al-Makhzumi mengusulkan agar keputusan diserahkan kepada orang yang
pertama kali memasuki pintu Shafa. Kemudian diketahui belakangan ini orang yang
pertama kali memasuki pintu Shafa adalah Muhammad kemudian orang-orang Qurays
sepakat atas usulan itu. Muhammad mengeluarkan ide cemerlang yaitu beliau
mengambil kain dan disuruhnya setiap kabilah mengangkat bagian sisi kain
tersebut secara bersamaan. Dengan begitu permasalah yang timbul dapat
terselesaikan.
B.
Peradaban Pra Islam
Dalam
berbagai literature sejarah dapat kita
jumpai pembagian penduduk Arab. Hal itu sesuai dengan asal muasal penduduk
tersebut yaitu al-Arab al-Ba’idah (Arab Kuno), Arab al-Arabiyah (Arab
Peribumi) dan al-Arab al-Mustaribah (Arab pendatang).[5]
Penduduk Arab ini masuk pada ketegori penduduk jahiliyah yang tidak berperadaban
baik.
Sebelum
Islam kondisi bangsa Arab carut marut perempuan pada masa itu tidak berarti
apa-apa, meskipun ada beberapa perempuan yang tersohor pada saat itu memiliki
kewibawaan di Arab yaitu seperti Ummu Aufah, Kindah, dan sebagainya semuanya
berdiam di Mekkah, Madinah dan Yaman.[6]
Wanita pada masa pra Islam tidak ada harganya seperti barang dagangan.
Perempuan pada masa itu tidak mendapatkan harta warisan dari orang tuanya
bahkan banyak orang tua menganggap bahwa anak mereka ada aib.
Kekacauan
yang lain yaitu pada masa itu banyak saudara kandung menikahi saudaranya
sendiri, ibu tiri menikahi anak tirinya, dan kasus penguburan anak yang masih
hidup. Pada tradisi penguburan itu dilakukan pada suku Bani Tamim dan Bani Asad. Selanjutnya
ada wanita yang menjadi kepala suku dan bersuami lebih dari 1 orang. Dan
setelah kelahiran anaknya penentuan ayah ditentukan oleh ibunya dan ahli nujum.[7]
Adapula seorang suwami istri yang sepakat untuk mendapat keturunan yang cerdas,
maka sang suwami mengatar istrinya kepada orang yang ternama untuk dikawini dan
ketika sudah ada tanda-tanda kehamilan maka sang suwami menjemput istrinya.
C.
Dakwa Rosulullah Pada Periode Mekkah
Pada
malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriyah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. ketika itu Nabi Muhammad
berkhalwat di Gua Hira dan Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan
wahyu pertama yaitu surat al-Alaq.[8]
Ketika selesai menerima wahyu Nabi Muhammad pulang dengan kondisi menggigil
ketakutan. Beliau meminta agar istrinya menyelimuti beliau kemudian
menceritakan kejadian yang terjadi di Gua Hira.
Sebagai
seorang istri yang sholeha dalam kondisi apapun selalu berusaha menenangkan
hati suaminya begitulah yang dilakukan oleh Khadijah. Khadijah berusaha menenangkan hati Rosulullah yang
sangat mengalami kegalauan pada saat itu. Setelah menenangkan Rosulullah,
Khadijah pergi untuk menemui Waraqah ibn Naufal[9].
Waraqah adalah paman dari Siti Khadijah beliau adalah seorang Nasrani yang
banyak mengetahui naskah-naskah kuno.
Siti
khadijah menceritakan kejadian yang dialami oleh suwaminya kemudian Waraqah
mengatakan bahwa yang datang itu adalah Namus (Jibril). Kemudian dia
menjelaskan disuatu saat nanti beliau akan diusir oleh kaumnya dari halaman
kampungnya sendiri. Ia berharap masih hidup pada masa sulit Rosulullah dan akan
memberikan pertolongan yang sungguh-sungguh kepada beliau.
Ketika
beliau tidur kemudian turun ayat Al-Muddatsir.[10]
Kemudian beliau menyampaikan kepada istrinya tentang perintah Jibril untuk
menyampaikan dakwahnya kepada umatnya. Kemudian beliau bertanya kembali umatnya
itu yang mana. Dengan demikian wahyu yang turun kedua ini merupakan
penobatan Rouslullah sebagai utusan Allah.
Untuk
mengawali dakwah Rosulullah SAW ada berbagai metode dakwah yang dilakukan oleh
beliau diantaranya:
1.
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi
Pada
masa ini Rosulullah Saw melakukan dakwah secara diam-diam dilingkungan keluarga
sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Mula-mula yang masuk Islam pertama kali
adalah istri Rosulullah kemudian saudara sepupunya Ali bin Abu Thalib, Abu
Bakar Asidiq, Zaid bekas budak yang menjadi anak angkatnya, Ummu Aimah pengasuh
Nabi semenjak ibunya masih hidup[11].
Kemudian dilanjutkan oleh Ustman bin Affan, Jubair bin Awwam, Abdurahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqqasah dan Thahlah bin Ubaidillah mereka dibawah kehadapan
Nabi dan mengikrarkan untuk memeluk Islam dihadapan Nabi sendiri.
Pada
persiapan dakwah yang berat maka dakwah pertama beliau mempersiapkan mental dan
moral. Oleh sebab itu beliau mengajak manusia atau umatnya untuk:
1.
Mengesakan
Allah;
2.
Mensucikan
dan membersihkan jiwa dan hati;
3.
Menguatkan
barisan;
4.
Meleburkan
kepentingan diri di atas kepentingan jamaah.[12]
2.
Dakwah
terang-terangan
Langkah
dakwah selanjutnya menyeru masyrakat secara umum. Nabi menyerukan kepada
bangsawan dan seluruh masyarakat Qurais. Pada awalnya Nabi hanya menyeru pada
penduduk Mekkah dan dilanjutkan menyeru pada penduduk diluar Mekkah secara
terang-terangan. Rosulullah gencar mempublikasikan agar orang masuk Islam,
kemudian pada masa itu beliau mengajak segenap umat Islam untuk melaksanakan
ibadah haji.
Dilain waktu, acara jamuan tersebut diadakan
kembali. Kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullah namun
tak satupun dari mereka yang meresponnya secara positif. Hal tersebut tidak
membuat Rasulullah dan para sahabatnya patah arah, tetapi membuat Rasulullah
dan para sahabatnya semangat dan dakwahnya semakin diperluas hingga suatu
ketika Rasulullah mengadakan pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato tersebut
berisi perihal kerasulannya. Rasulullah memanggil seluruh penduduk Mekkah dan
mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka
meninggalkan Paganisme (Penyembahan terhadap berhala). Beliau
menjelaskan bahwa tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah. Mendengar hal
tersebut masyarakat Qurays tersentak kaget, mereka sangat marah karena hal
tersebut dan menghina tradisi nenek moyang dan kehormatan mereka. Para pembesar
Qurays membentak dan memaki Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa
Muhammad adalah orang gila bahkan pamannya sendiri Abu Lahab pun mengancam
Rasulullah dengan keras.[13]
Pemimpin
Quraiys dengan giatnya menentang dakwah Rosulullah SAW. Pemimpin Qurays merasa
bahwa makin maju dakwah Rosulullah maka makin besar tantangan kaum Qurays. Ada
5 faktor yang mendorong Kaum Qurays menentang Rosulullah Saw yaitu:
1.
Mereka tidak
dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan;
2.
Nabi Muhammad
menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak
disetujui oleh bangsawan Qurays.
3.
Para Qurays tidak dapat menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan
yang berakar pada bangsa Arab.
5.
Pemahat dan
penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki[14].
Dari sebab-sebab di atas banyak cara yang dilakukan oleh orang
Qurays agar Muhammad tidak menyebarkan agama Islam. Cara pertama kelompok
Qurays mengacam Rosulullah akan tetapi cara itu tidak berhasil dilakukan oleh
orang-orang Qurays. Kemudian kaum Qurays melancarkan gerakan yang kedua
dengan mengutus Walid ibn Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang
yang gagah tampan untuk dipertukarkan
dengan Nabi Muhammad. Walid berkata kepada Abu Thalib : ‘ambilah dia
menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh’ usul
ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.[15]
Cara lain digunakan dan strategi lain untuk menghentikan dakwah
Rosulullah Saw. Ketiga mereka mengutus Utbah ibn Rabiah dia adalah ahli
retorika untuk membujuk Nabi. Kemudian ditawarkan kepada nabi tahta, wanita,
dan harta. Akan tetapi Rosulullah menolak dan mengatakan: ‘Demi Allah, biarpun
mereka meletakan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku aku tidak
akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa
karenanya’.[16]
Selanjutnya cara keempat menghalangi dakwah Rosulullah yaitu dengan
menyiksa, membunuh dan menganiyaya sahabat Rosululllah, banyak para majikan
menyiksa para budak yang masuk Islam.
Cara kelima, setelah berbagai pergolakan dan pertentangan
dari Mekkah dengan berbagai percobaab pembunuhan beliau pada akhirnya harus
mengungsi di gua Tsur selama kondisi sudah aman (tiga malam). Bahkan
cara ini tidak berhasil kemudian beralih cara keenam, mereka menggunakan
cara untuk meboikot perdagangan bani Hasyim. Kemudian Rosulullah dakwah di daerah
Tharif Nabi di ejek, disoraki, dan dilempari batu bahkan sampai terluka
dibagian kepala dan badanya.[17] Setelah
menempuh berbagai intimindasi dari orang-orang Mekkah kemudian Nabi menghijrahkah
orang Islam selama 2 bulan keluar kota yang kurang lebih 150 orang kecuali Abu
Bakar dan Nabi akan tetapi pada akhirnya beliau juga pun ikut hijrah.[18]
D.
Dakwah Rosulullah Periode Madinah
Faktor
utama hijrahnya Rosulullah ke Madinah buka semata-mata kerena aniyaya oleh
bangsa Mekkah (suku Qurays) akan tetapi beliau mendapat undangan dari suku
Yastrib untuk dating ke Madinah sebagai pendamai.[19]
Setelah tiba di Madinah Rosulullah membuat perjanjian yang disebut dengan
Piagam Madinah. Perjanjian itu dilakukan oleh komunitas Yahudi, Nasrani, Anshor,
dan Muhajirin.
Beberapa
langkah penting yang dilakukan oleh Rosulullah setelah sampai di Madinah Nabi Muhammad
SAW mulai membangun umat dengan keteladanan yang langkah awalnya yaitu:
1.
Mendirikan masjid untuk tempat beribadah
dan tempat pertemuan
Ketika beliau tiba di Madinah masjidlah
yang menjadi perioritas bagunanya, sehingga urusan-urusan penting dapat
dibicarakan di masjid tersebut. Masjid tersebut dibuat dari atap daun kurma dan
dinding berasalal dari batu dan tanah sebagian diding tersebut dibiarkan
terbuka dan penerangan hanya berasal dari jerami.[20] Jerami tersebut hanya dinyalakan pada
hal-hal yang sangat penting seperti sholat Isya dan lain sebagainya. Sembilan
tahun lamanya masjid ini digunakan dalam kondisi seperti itu sampai pada akhirnya
menggunakan lampu dinding sebagai penerang.
2. Mempersaudarakan
kaum Muhajirin dan Anshor [21]
Dalam rangka memperkokoh umat daulah Islam di Madinah, nabi Muhammad
mempersaudarakan kaum muslimin yang satu dengan yang lainnya. Hal itu dimaksudkan
juga untuk menambah teguhnya persatuan umat Islam dan akrabnya hubungan
Muhajirin dan Anshor.
3. Membuat perjanjian kerja sama
Agar kerjasama terjalin antara pendatang dan penduduk setempat kemudian
dibuatlah kesepakatan antara 3 kelompok besar yakni kaum muslim, orang Arab yang
belum masuk Islam dan kaum Yahudi. Adapun perjanjiannya adalah sebagai berikut:
-
Setiap kelompok dijamin
kebebasannya dalam beragama;
-
Tiap kelompok berhak menghukum
anggotanya yang bersalah;
-
Tiap kelompok harus saling
membantu dalam mempertahankan Madinah baik yang muslim maupun non muslim;
-
Penduduk Madinah sepakat
mengangkat Muhammad sebagai pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala
perkara yang dihadapkan kepadanya;
-
Meletakan landasan politik,
ekonomi, dan kemasyarakatan bagi negeri Madinah yang baru terbentuk.[22]
Dari uraian kesepakatan Piagam Madinah di atas ada beberapa inti dari
perjajian tersebut yaitu berbicara tentang persamaan, toleransi, musyawarah,
tolong menolong, dan keadilan.[23]
Islam sebagai agama baru semakin hari semakin berkembang menyebabkan ada
beberapa kelompok yang iri akan perkembangannya. Berbagai cara percobaan
pembunuhanpun dilakukan oleh kaum Yahudi, orang-orang munafik, dan kafir Qurays
beserta sekutunya. Untuk menjawab permasalah ini kemudian solusi diberikan oleh
Allah dengan jalan peperangan. Adapun peperangan yang pernah terjadi yaitu:
a.
Perang Badar.
Perang badar yang terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah,[24]
bertepatan pada 8 januari 623 masehi. Perang ini terjadi di dekat sebuah sumur
milik Badar terletak antara Mekkah dan Madinah. Kaum muslimin berjumlah 314
orang sedangkan kafir Qurays berjumlah 1000 orang yang lengkap dengan
peralatannya sedangkan kaum muslimin hanya dengan senjata seadanya saja.
Strategi Rasulullah dalam perang badar
dengan menguasai penampungan air.
Ketika kedua pasukan saling berhadapan maka tiba-tiba seorang kafir Qurays bernama
Aswad bin As’ad ingin menghancurkan kolam penampungan air yang dimiliki kaum
muslimin tetapi hal ini dapat digagalkan oleh Hamzah bin Abdul Muthalib dan Aswad
pun tewas dipukul dengan pedang.
b.
Perang Uhud
Selanjutnya perang uhud terjadi pada pertengahan bulan sya’ban tahun
ketiga Hijriyah bertepatan dengan bulan Januari tahun 625 Masehi. Peperangan
terjadi di Gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Oleh karena itu perang ini
dinamakan perang Uhud. Perang ini terjadi karena kaum Qurays ingin membalas
kekalahan di perang badar sebelumnya. Kaum muslimin berkekuatan 700 orang
sedangkan kaum Qurays berkuatan 3000 orang. Dalam peperangan ini umat Islam dipimpin
oleh Muhammad SAW sedangkan kaum Qurays dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang pada
mulanya kaum muslimin sudah menang dan kaum kafir meninggalkan hartanya, disebabkan
kaum muslimin khususnya pasukan pemanah turun dari tempatnya untuk berbagi
harta rampasan. Akhirnya kemenangan yang sudah berada ditangan sekarang menjadi
sirna disebabkan oleh godaan dunia yaitu harta rampasan perang, kemenangan
berpindah tangan kepada kaum Qurays.
c.
Perang Khandaq
Perang khandaq (Ahzah) terjadi pada bulan syawal tahun 5 Hijrah, bertepatan
dengan bulan Maret tahun 627 Masehi. Perang ini sebelah utara kota Madinah. Perang
ini disebut khandaq (parit) karena kaum muslimin membuat parit
pertahanan. Disebut perang ahzab karena kaum Qurays bersekutu dengan penduduk lain yang
berada di sekitar kota Mekah. Kaum muslimin berkekuatan sebanyak 3000 orang
sedangkan kaum Qurays berkekuatan 10000 orang. Kaum muslimin dipimpin oleh Nabi
Muhammad SAW didampingi Ali bin Abi Thalib, sedangkan kaum Qurays dipimpin oleh
Abu Sufyan. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin dengan cara bertahan
dibalik parit atau khandaq. Parit ini merupakan ide seorang sahabat Rasul yang
bernama Salman Al Farisi seorang sahabat yang berasal dari bangsa Persia yang
mengembara mencari kebenaran.[25]
[1] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 16
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Ibid., hal.
18
[5] M. Abdul
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007, hal. 50
[6] Ibid., hal
51
[7] Ibid., hal.
52
[8] Ali Sodiqin et.all.,
Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern), Yogyakarta: LESFI,
2009, hal. 24
[9] Ibid., hal.
25
[10] Ibid
[11] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2001, hal. 19
[12] H. Hasjmy, Sejarah
Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, , 1997, hal. 63
[14] Badri Yatim, Op.Cit.,
hal. 20-21
[15] Ibid
[16] Ibid., hal
21-22
[17] Badri Yatim, Op.Cit., hal. 23
[18] Ibid., hal.
24-25
[19] M.Abdul Karim,
Op.Cit., hal 67
[20] Ibid., hal.
68
[21] Ibid., hal.69
[22] Ibid., hal.69-30
[23] Ali Sodiqin
ed.all., Sejarah Peradaban Islam,Yogyakarta, LESFI, 2009, hal.
32-33
[24] Ibid., hal.
36